A. Pendekatan Etimologis
Istilah filsafat berasal dari kata
philein/philos + sophos/sophia= cinta/teman + bijaksana/kebijaksanaan. Filsafat
berarti mencintai kebijaksanaan. Belajar filsafat berarti belajar untuk,
minimal, mencintai hal-hal yang bijaksana, atau kalau mungkin untuk menjadi
bijaksana.
Bijaksana
atau kebijaksanaan adalah karakteristik tertentu dari suatu sikap/perilaku.
Sikap/perilaku bijaksana adalah yang mengindikasikan adanya motivasi sinergis
dari berbagai unsur ruhaniah manusia. Apabila unsur ruhaniah manusia itu,
minimal, meliputi akal-emosi-keinginan, maka motivasi sinergisÂ
ratio-emosi-kehendak, akan memunculkan sikap perilaku lahir yang bijaksana.
Belajar filsafat berarti belajar olah akal-emosi-kehendak, yakni belajar untuk
mensinergika potensi ratio-emosi-keinginan dalam rangka menentukan pilihan
sikap/perilaku.
B. Pendekatan Terminologis
Istilah filsafat secara terminologi -dilihat dari konteks
penggunaannya- memiliki beberapa arti. Pertama, filsafat
berarti pandangan hidup, yakni suatu cara pandang seseorang tentang kehidupan
yang dadasarkan pada suatu prinsip atau nilai tertentu yang diyakini
kebenarannya. Filsafat, dalam hal ni, bersifat praktis, yakni merupakan praktek
kehidupan, yang semua orang melakukannya.
Kedua , filsafat berarti metode atau cara berfikir. Cara
berfikir filsafati bersifat khas berbeda dengan cara berfikir orang awam atau
bahkan berbeda dengan cara berfikir para spesialis. Kekhasan berfikir filsafati
ditandai dengan penekanan pada tiga hal; yakni radikalitas, komprehensivitas
dan integralitas. Radikalitas berfikir filsafat ditandai dengan kemampuan
berfikir secara mendalam dalam rangka menemukan hakikat suatu persoalan.
Berfikir radikal dapat dilakukan apabila minimal beberapa syarat berikut
dipenuhi, yakni adanya sikap yang bebas, kritis, argumentatif, luas wawasan ,
terbuka.
Komprehensivitas
berfikir filsafati adalah kemampuan dan kemauan memikirkan segala aspek yang
terkait dengan suatu persoalan, karena sesungguhnya setiap hal/persoalan tidak
berdiri sendiri sebagai satu variabel saja, tetapi selalu terkait dengan banyak
variabel. Sedang, integralitas berfikir filsafat adalah kemampuan
mensistematisasi berbagai variabel dari suatu persoalan/hal sebagai suatu
keutuhan. Filsafat dalam arti metode berfikir maka bersifat teoritis, dari
metode berfikir yang demikian lalu muncul ilmu filsafat.
Selain dua arti di atas, filsafat masih mempunyai
banyak arti. Filsafat dapat diartikan sebagai kelompok persoalan tentang nilai.
Filsafat juga dapat diartikan sebagai suatu analisis tentang bahasa dan makna
istilah, atau filsafat dapat juga diartikan sebagai suatu kelompok teori, dan
lain sebagainya.
2.Filsafat Agama dan cakupan
kajian
Terdapat berbagai batasan tentang filsafat agama dalam
berbagai literatur. Harun Nasution (1973: 4) membedakan dua bentuk kajian
filsafati tentang agama. Pertama, membahas
dasar-dasar agama secara analitis dan kritis dengan maksud untuk menyatakan
kebenaran suatu ajaran agama atau minimal untuk menjelaskan bahwa ajaran agama
bukanlah sesuatu yang mustahil dan bertentangan dengan logika. Kedua,memikirkan dasar-dasar agama secara analitis dan
kritis tanpa terikat pada ajaran agama tertentu dan tanpa terikat pula untuk
membenarkan ajaran agama tertentu.
Aslam Hadi (1986:8) juga mengidentifikasi ada dua bentuk
kajian filsafati tentang agama. Pertama, filsafat
agama membicarakan kepercayaan atau kebenaran agama. Hal ini terjadi terutama
pada abad tengah dan pada filsafat Islam serta filsafat India, tetapi tidak
lagi dibicarakan pada filsafat saat ini. Kedua, filsafat agama merupakan kajian terhadap
hal-hal fundamental dari agama, inilah yang dikaji dalam filsafat agama dewasa
ini.
Kattsof
(1996: 444) membedakan antara filsafat keagamaan dengan filsafat agama.
Filsafat keagamaan adalah suatu filsafat yang disusun berdasarkan ajaran dan
kepercayaan agama tertentu sebagai pendirian-pendirian hakiki.. Sedang,
Filsafat agama adalah suatu penyelidikan yang bersifat kritis tentang agama
berdasarkan makna istilah-istilah, bahan bukti, dan prinsip-prinsip verifikasi.
Yang dimaksud filsafat agama dalam tulisan ini adalah
filsafat agama dalam pengertian yang kedua menurut pendapat harun Nasution,
Aslam Hadi, maupun Kattsof. Filsafat agama pada pokoknya adalah pemikiran
filsafati tentang agama, sama halnya filsafat seni adalah pemikiran filsafat
tentang seni (Nolan, 1984: 413).
3. Perbedaan filsafat agama
dengan teologi
Tema-tema
pokok atau fundamental agama adalah juga merupakan objek kajian dalam teologi.
Sementara, teologi adalah kajian yang sungguh-sungguh berbeda dengan filsafat
agama. Untuk lebih memperjelas apa yang dimaksud dengan filsafat agama, kiranya
perlu dijelaskan perbedaaan filsafat agama dengan teologi.
Terdapat dua perbedaan pokok antara Filsafat agama dengan
teologi (Harun Nasution, 1973: 4).Pertama,filsafat agama tidak membahas dasar-dasar
ajaran dari agama tertentu, tetapi dasar-dasar agama pada umumnya. Sementara,
teologi membahas dasar-dasar ajaran agama tertentu. Kedua, filsafat agama tidak terikat pada dasar-dasar
agama tertentu, filsafat agama bermaksud menyatakan kebenaran atau
ketidakbenaran dasar-dasar agama. Sementara, teologi sudah menerima dasar
ajaran agama sebagai kebenaran. Teologi hanyalah sebatas upaya memberikan
penjelasan atau interpretasi tentang dasar-dasar agama, atau upaya mencari
legalitas rasional atas ajaran agama tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar