Menurut filosofinya, cenil bersifat lengket dan sulit untuk
dipisahkan hal ini merupakan bukti bahwa orang jawa memiliki sifat persaudaraan
yang sangat erat dan sulit untuk memecah belah tali persaudaraan mereka.
Memakan cenil sendiri harus menggunakan pincuk atau merupakan singkatan dari Pinten –
Pinen Cukup (bersyukur).
Jaman dahulu cenil merupakan
makanan alternatif bagi masyarakat pacitan, karena saat itu terjadi kelangkaan
bahan baku beras sehingga masyarakat pacitan sehingga masyakat berfikir untuk
mengolah sagu menjadi sebuah makanan, saat itu masyarakat behasil membuat
sebuah makanan yang di sebut dengan cenil yang artinya menurut masyakat adalah
“centil” karena makanan itu berwarna-warni sehingga menggoda para peminat
makanan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar