Diyana sepfina

Senin, 26 Desember 2016

SORGUM SOLUSI KRISIS PANGAN DI LAHAN KERING

Diantara bahan pangan pokok masyarakat Indonesia selain beras dan jagung ada sorgum. Bagi masyarakat perkotaan, mungkin baru sedikit yang tahu dengan varietas tanaman pangan satu ini. Padahal sorgum memiliki nilai lebih dibanding dengan beras. Beberapa penelitan menyebutkan kandungan protein pada biji sorgum sangat tinggi, jika dibandingkan dengan bahan pangan lain seperti beras, jagung atau singkong. Sorgum cocok dikonsumsi bagi ibu-ibu hamil atau orang yang dalam proses penyembuhan tulang.
Rasanya mirip dengan beras merah, berbentuk bulat lebih kecil jika dibanding beras merah.  Tanaman yang dalam bahasa latin dinamakan Sorghum Bicolor L adalah jenis tanaman sereal yang potensial dibudidayakan dan dikembangkan di daerah-daerah kering di Indonesia, seperti Nusa Tenggara T imur atau Nusa Tenggara Barat. Masyarakat NTT menyebutnya jagung rote.
Meski disana merupakan basis budidaya sorgum, popularitasnya justru masih kalah dibanding jagung atau ubi.  Tak ayal jika di NTT sering terjadi kasus kelaparan.  Gizi buruk juga tak luput menjadi bagiannya.
Kalau kita lihat, tradisi pangan masyarakat Indonesia yang masih didominasi beras menjadi salah satu pemicu masalahnya. Alih-alih gencarnya politik beras warisan Orde Baru, hal ini justru menyebabkan turunnya harga jual komoditas pangan yang lain. Kebutuhan lahan untuk menanam padi pun semakin berkurang karena derasnya proses industrialisasi non pangan khususnya di pulau Jawa yang notabene menjadi pemasok utama kebutuhan beras Nasional. Ditambah semakin tak menentunya pola cuaca akibat global warming yang secara langsung mempengaruhi pola tanam petani padi. Selain itu padi hanya cocok ditanam di daerah tertentu, tergantung struktur tanahnya, serta sulit dikembangkan di lahan-lahan kering. Untuk menjaga agar stoknya tetap stabil, pemerintah seringkali mengandalkan impor dari luar.
Untuk mengatasi masalah krisis pangan di daerah kering, jawabannya adalah diversifikasi pangan. Jeli melihat besarnya tantangan dan potensi yang ada di NTT, Dahlan Iskan melalui BUMN memerintahkan Pertamina dan PT Askes untuk melakukan kemitraan dengan masyarakat di kabupaten Belu, NTT. Pertamina dan Askes yang menggandeng petani kabupaten Belu, NTT berhasil menanam sorgum di lahan seluas 200 hektar. Panen sorgum pertama pun sudah dilakukan pada akhir bulan Agustus lalu. Baru-baru ini Dahlan menyaksikan lagi panen raya Sorgum di Kecamatan Malaka Tengah, Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) di lahan seluas 20 hektar.
Kebutuhan beras sebagai bahan makanan pokok memang selayaknya dirubah, dengan cara mengenalkan dan menyarankan masyarakat untuk mengonsumsi makanan pokok selain beras. Pemanfaatan keanekaragaman jenis pangan di Indonesia bisa dijadikan solusi mengurangi ketergantungan beras selain juga untuk memperbaiki gizi, serta jembatan menuju kedaulatan pangan. Sorgum menjadi alternatif pilihan bahan pangan di NTT.

                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar