Di balik rasanya yang begitu lezat, seperti
umumnya makanan tradisional Indonesia, rendang ternyata mimiliki nilai-nilai
filosofi yang cukup menarik. Dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau, rendang
memiliki posisi yang sangat terhormat. Tidak mengherankan kalau makanan ini
menjadi hidangan utama bagi orang Minang ketika menjamu tamu istimewa.
Bagi masyarakat Minang, bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat rendang seperti daging sapi (dagiang), kelapa
(karambia), cabe (lado), dan aneka bumbu lainnya (pemasak) merupakan
simbolisasi dari budaya musyawarah dalam masyarakat Minang yang melibatkan
empat unsur pokok, yakni Niniak Mamak (para pemimpin suku adat) yang
dilambangkan dengan daging sapi, Cadiak Pandai (cerdik pandai) yang
dilambangkan dengan kelapa, Alim Ulama yang tegas dalam mengajarkan agama
dilambangkan dengan cabe yang pedas, serta seluruh masyarakat Minang yang
dilambangkan oleh bumbu lainnya.
Itulah rendang, salah satu makanan terenak di dunia yang tidak hanya lezat di lidah, tetapi juga kaya akan nilai-nilai budaya. Mengajarkan kepada kita bahwa dengan musyawarah akan lahir keterpaduan−rasa−yang nikmat, meskipun dalam keberagaman. Sesuatu yang kian hilang di negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar